Hilang

Terdiam ditengah heningnya malam
Teringat kaktus berduri yang menyayat hati
Tidak tahukah kamu ….
Beberapa kali aku tertegun
Mendengar titik kata yang paling berduri
Saat itu kau ucapkan untukku
Ku coba bertahan
Ku coba tegar
Ku coba berdiri tagak
Seolah tak pernah ada duri dalam kisah ini
Namun…..
Ternyata aku tak sanggup
Hilang semua angan ku
Beribu kali ku coba
Namun seolah ….
Aku lebih buruk dari sepucuk duri
                        Tidakkah kau mendengar
                        Tidakkah kau melihat
                        Tidakkah kau merasa
Aku tak berdaya
Aku tak kuasa
Diriku terlalu lemah
Diriku terlau enggan
                        Dimana akan kutemukan…
                        Kisah itu kembali…
                        Aku ingin berlari…
                        Aku ingin terbang…
Menebar semua mimpi
Yang terajut bersama
Tak ingin ku mengenang
Tak ingin ku terbelenggu
Dalam nista kisah tak berujung


>by
@shiepuetz
arina.lestari23@gmail.com

Cahaya di Ufuk Fajar
Pagi ini aku bangun pagi-pagi sekali. Entah mengapa aku terbangun dari tidurku begitu mendengar alarm weker doraemonku. Tak seperti biasa aku langsung terbangun walaupun mendengar alarm sekalipun, biasanya selang beberapa menit bahkan jam setelah weker berbunyi aku baru terbangun. Yah, weker yang selalu membangunkanku. Ini adalah pemberian dari sahabat kecilku yang tak tahu  entah dimana dia sekarang. Aku akan selalu menjaganya baik-baik walaupun sekarang aku sudah tak pernah lagi bertemu dengannya, hanya kenangan foto-foto kecil yang aku punya. Dan berharap kelak aku akan bertemu kembali suatu saat nanti.
Kribo. Yah, itulah panggilan akrab untuknya. Namanya sih Fajar tapi rambutnya unik, kribo kaya musisi legendaris Ahmad Albar. Makanya dia sering dipanggil kribo. Dia anak yang cerdas, sejak kecil dia selalu satu sekolah denganku, hanya beda SMA saja. Waktu itu dia masuk di SMK sedangkan aku di SMA. Dia selalu memikirkan hal-hal kedepan, tentang masa depannya besok, tentang keluarganya, tentang cita-citanya. Dia bermimpi akan menjadi seorang Insinyur kelak. Yah, sungguh cita-cita yang membanggakan. Orangtuanya pun selalu bangga dengannya, aku pun bangga punya teman sepertinya. Dan sekarang aku kangen dengannya. Kangen dengan ejekannya, kangen dengan gurauannya, kangen dengan rambutnya yang suka ku kasih kecoa. Padahal dia paling takut dengan kecoa walaupun dia seorang cowok. Hahahaha..... lucu. Masa-masa itu begitu indah, lucu, and ngangenin. Kini kami sudah lulus dari sekolah. Masa putih abu-abu telah berakhir. Dan sejak kelulusan itu kami tak pernah berjumpa lagi.
Semenjak ayahnya meninggal sebulan setelah kelulusannya karena serangan jantung, Kribo seakan kehilangan semangatnya untuk hidup. Ayahnya adalah seorang pahlawan dalam keluarganya. Beliau selalu mencukupi semua kebutuhan keluarganya walaupun hidup sangat sederhana. Ayahnya seorang nelayan, kami memang anak pesisir yang sebagian besar penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai seorang nelayan. Ibunya pergi ke pasar setiap hari untuk berjualan sayuran. Sebuah pasar terbesar di kota kami. Kota kami adalah sebuah kota kecil di pinggiran pantai utara jawa. Disinilah kami hidup sejak kecil, melukis ukiran-ukiran kisah yang tak berujung, diantara gelombang-gelombang yang mengikis karang bebatuan. Namun, setelah ayahnya meninggal Kribo dan keluarganya pindah ke Kebumen. Tinggal bersama neneknya yang sudah tua renta. Baginya melanjutkan hidup disini akan semakin membuatnya terpuruk oleh kepergian ayahnya. Oleh karena itu, dia ingin meninggalkan kenangan-kenangan yang telah terukir di kota ini. Bahkan meninggalkan kenangan bersamaku pula. Menyesal aku tak bisa datang ke pemakaman ayahnya waktu itu karena aku sedang sakit, dan sekarang untuk mengubunginya pun susah, nomor handphone sudah berganti, email pun gak pernah dibalasnya. Mungkin dia benar-benar ingin melupakan semua itu.
“Ayaaa...!” terdengar suara ibu yang memanggilku. Sepertinya aku harus segera beranjak dari tempat tidurku.
“Iya bu, sebentar,” sahutku dari kamar tidur.
Akupun menghampiri ibuku yang sedang memasak di dapur. Rupanya ibuku tercinta ini sedang membuat sup ayam kesukaanku. “Hmmmmmm, yummiii.” Ini akan menggugah selera makanku hari ini. Makasih ibu. Hehehehehe, ungkapku dalam hati kegirangan.
“Ada apa bu?” tanyaku pelan.
“Ini Ay, bantuin ibu masak ya nanti. Soalnya mbak tatik gak bisa kesini bantuin ibu untuk buat kue. Padahal pesanan kue ibu lumayan banyak hari ini,” jelas ibu.
“Ok, ibuku sayang,” balasku sambil mencubit pipi ibu dengan lembut. Hehehehe, aku memang suka agak jahil dengan ibu.
“Ehhhh... dasar anak usil ya, nanti akan ibu beri sambal hidungmu biar merah....,” ucap ibuku.
“Yahhhh, sambal??? hehehe, jangan dong bu, Aya kan gak suka sambal,” bujukku pada ibu yang sedang sibuk mengulek sambal.
“Haha... Ayaa,” ibu membalasnya dengan tawa.
“O... ya bu, ayah kemana ya? Kok udah gak ada dirumah?” tanyaku pada ibu.
“Ayahmu sudah berangkat ke toko Lin, pagi-pagi tadi sudah ada yang mencari ayah untuk membeli dispenser sepertinya, “ balas ibu.
“Mmmmm.... gitu ya bu,”
“Heem, nanti kamu antar makan siang ayah ke toko ya nak,” suruh ibu.
“Iya, bu,” jawabku
“Mandi dulu sana Ya’, udah siang,” suruh ibu
“Bentar bu, masih jam 9 kok,” jawabku
“Terus mau mandi jam berapa? Masa cewek mandinya siang-siang, jorok ah” tanya ibu.
“Hehehehe, iya ibuku sayang. Ni Aya’ mau mandi deh,” sahut Cahaya sambil berjalan mengambil handuk.
“Nah, gitu baru anak ibu yang paling cantik,” kata ibu memujiku.
Gemericik air kran yang tak terlalu besar airnya sedikit menambah suasana berisik dalam rumah. Suara ibu yang sedang menggoreng telur pun ikut meramaikan suasana rumah, ditambah lagi suara kakak yang sedang menonton acara musik di TV. Suasana seperti ini pun jarang ku dapatkan sekarang, karena aku jarang di rumah, aku melanjutkan kuliah di salah satu Universitas Negeri di Surabaya. Makanya jarang sekali aku pulang ke rumah, hanya sebulan sekali bahkan bisa lebih jika tugas-tugas kuliah menantiku. Dan sekarang aku sedang libur sebulan setelah UAS, bulan depan aku sudah semester akhir. Dan sebentar lagi aku akan segera lulus dari sarjanaku. Aku ingin membuat orang tua ku bangga denganku. Kakakku kini sudah bekerja di salah satu bank swasta di kotaku. Dan aku? Aku belum tahu. ^^
Dunia ini memang panggung sandiwara. Seperti yang di gambarkan dalam nyanyian seorang musisi Ebiet G.A.D. Semua yang dilakukan manusia bagaikan sandiwara dalam sebuah drama yang terdapat lakon-lakon yang berbeda peran, berbeda watak, berbeda status, bahkan berbeda nasib. Dengan lakon-lakon tersebut mereka akan mengalami sedih, senang, menangis, bahagia, kegagalan, keterpurukan, bahkan keputusasaan. Dunia yang dilalui Fajar memang tak mudah. Ketika sosok seorang ayah yang dia sayangi harus meninggalkannya untuk selamanya, hal itu sungguh membuatnya hancur. Ibunya yang sering sakit-sakitan membuatnya harus berjuang membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Adiknya masih sangat belia jika harus ikut mananggung beratnya beban kehidupan yang fana ini. Aku dengar dari sahabatnya kini Fajar melanjutkan kuliah di salah satu Universitas Negeri di Semarang. Mendengar itu aku sungguh bangga dengannya. Tuhan pasti akan membantunya dan mendengarkan doa-doanya. Kuliah sambil bekerja, itulah yang dilakukannya. Meskipun sempat cuti setahun karena harus membantu adiknya yang mau masuk SMA, dia tak putus semangat. Sungguh keelokan dan kekuatan hatinya membuatku merinding. Jika ku diberi kesempatan untuk bertemu dengannya kembali, ku ingin memberikan sebuah semangat agar membuatnya tegar menjalankan sandiwara ini.
Akhir-akhir ini aku sering berhubungan dengan Aldi, sahabat Fajar. Dia sering bercerita tentangnya. Namun beribu kali sayang dia tak mau diketahui oleh siapapun termasuk aku tentang keberadannya. Dia selalu bilang pada Aldi bahwa dia akan kembali untuk kenangan-kenangan masa lalunya. Yahhh, semoga itu benar, aku hanya bisa berharap dan menunggu saat itu tiba. Fajar si Kribo sok dungu akan kembali.
***
Satu bulan telah berlalu. Liburanku telah usai. Kini saatnya kembali mengejar ilmu ke Negeri China. “Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri China” Haha... itulah pepatah yang membuatku semangat menjalani hari-hariku kuliah. Hari pertama masuk kuliah di semester tua ini pun terasa sangat menyenangkan. Entah mengapa setelah aku mengenal seorang mahasiswa transferan dari salah satu Universitas Negeri di Semarang itu beberapa bulan lalu, aku jadi rajin sekali ngampus. Dia adalah sosok yang sangat sederhana, pintar, lucu, mirip banget sama si kribo Fajar. Namanya Didin.
Tanpa sengaja aku menemukan foto Didin yang terselip dalam binder miliknya bersama teman-temannya di Semarang. Ku lihat baik-baik foto itu. Dan ternyata ku dapati foto Fajar bersamanya, aku masih ingat betul wajahnya, tak banyak perubahan dan aku sempat tak percaya. Setelah aku bertanya pada Didin ternyata benar, dia adalah Fajar yang ku maksud. Didin berteman dengan Fajar sejak mereka bekerja di sebuah bengkel mobil yang sama. Mereka mencari uang untuk tambahan biaya kuliahnya. Aku salut mendengarnya. Mereka juga pernah menjadi karyawan di Pabrik Sidomuncul tapi mereka tak bisa membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Hingga akhirnya mereka memilih untuk bekerja di sebuah bengkel mobil milik temannya. Dan kabar terakhir dari Didin, Kribo sekarang mencoba bisnis semacam MLM (Multi Level Marketing) yang mungkin hasilnya lebih besar dibandingkan dengan gajinya di bengkel.
“Didin, “ kataku lirih.
 “Ya, ada apa Ay? Jawab Didin sambil membaca komik Naruto kesukaannya.
“Apakah kamu tahu dimana Fajar tinggal sekarang?” Tanyaku
“Mmmmmm, sepertinya dia tinggal di daerah kebumen tapi aku kurang tahu dimana tepatnya Ay”, jawab Didin.
“Ooh gitu ya Din, makasih ya,” balasku singkat
“Iya, sama-sama Aya. Kamu pengen ke rumahnya ya?” Tanya Didin
“Hehe...”
“Kok tertawa? Apanya yang lucu Ay?”
“Gak kok, gak ada yang lucu Din. Iya, aku memang ingin bertemu dengannya karena dia adalah sahabat kecilku yang menghilang begitu saja sejak kepergian ayahnya tiga setengah tahun silam”, jelasku.
“Benarkah??” tanya Didin seakan tak percaya.
Aku hanya mengangguk.
“Mungkin aku bisa membantumu untuk menemuinya, Ay. Tenanglah....,” Didin berusaha membujuk Cahaya.
“Benarkah??” tanyaku sedikit girang.
“Iya, sebisa mungkin aku akan berusaha membantu kamu Ay”, Didin mencoba meyakinkanku.
“Makasih ya teman, aku seneng banget hari ini,” jawabku.
“OK, sama-sama Aya,” jawab Didin dengan senyuman.
Mungkin ini awal dari kebahagiaan yang tertunda. Berhari-hari, berbulan-bulan aku dan Didin berusaha mencari keberadaan Fajar. Sekarang nomor handphone-nya sering tidak aktif. Oleh karena itu kami sulit menghubunginya. Sampai suatu saat ketika aku di ajak ke rumah Didin di Semarang aku melihat sesosok laki-laki berperawakan tinggi, putih, berpakaian rapi memakai kemeja panjang berwarna biru muda, bersepatu vantovel sangat necis sedang makan di sebuah warung hik di pinggiran jalan menuju simpang lima.
“Didin, lihatlah orang itu necis sekali ya,” kataku pada Didin sambil melihat ke arah orang tersebut.
Didin pun menoleh dari pandangannya yang semula tertuju pada sebuah anggrek cantik didepan rumah tetengganya yang sok kaya. Namun, setelah dia menoleh, dia menganga heran. Apa yang dia lihat adalah si Kribo Fajar yang selama ini dicari oleh Cahaya. Tapi mengapa Cahaya tak tahu, apakah dia sudah tak mengenalinya lagi. Didin bertanya-tanya dalam hati.
“Cahaya??? Apa kamu tidak mengetahui sedikit pun siapa dia???” tanya Didin sambil menatap wajah Cahaya yang tak bercahaya lagi.
“Tidak,” jawab Cahaya sedikit bingung.
“Benarkah??” balas Didin meyakinkan Cahaya.
“Iya, aku gak tahu. Sebenarnya apa maksudmu Din?????” tanya Aya semakin bingung.
“Dia Fajar Ay,” jawab Didin
“Fajar??? Apa kamu bilang? Fajarr????” tanya Aya tak percaya.
“Iya Ay, itu Fajar.”
Dengan spontan Cahaya berlari ke arah Fajar. Tak peduli lagi walaupun Didin berteriak memanggilnya. Sebenarnya Cahaya pun heran dan setengah percaya setengah tidak percaya bahwa itu Fajar. Fajar yang dulu kribo seperti tak terurus kini berubah menjadi laki-laki dewasa yang sangat berwibawa. Tapi dari semua penampilannya tersebut dia terlihat bahwa kepribadiannya yang sederhana tak pernah berubah. Lihat saja dia tetap mau makan di pinggir jalan. Dia sangat ramah menyapaku saat aku datang menghampirinya dengan senyuman yang tulus penuh warna. Sepertinya dia tak pernah lupa dengan wajahku. Aku senang sekali dia masih mengingatku. Tapi setelah senyuman itu dia seperti buru-buru lari dariku. Aku berusaha menariknya kembali karena aku pikir ini adalah kesempatan besar dalam hidupku untuk bertemu kembali dengan sahabat kecilku.
“Tunggu sebentar, Fajar. Aku mohon,” kataku sambil memohon-mohon pada Fajar.
Fajar terdiam tak bersuara, pandangannya kosong, dan tak mau mengatakan apapun pada sahabat kecilnya itu. Sungguh pemandangan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Apa maksud Fajar dengan semua ini, mengapa menganggapku seperti orang lain yang tak pernah dia kenal sebelumnya. Satu kata yang dia ucapkan adalah “maaf.” Bahkan aku tak mengerti dengan semua ini.
Setelah seminggu berlalu kejadian itu masih terngiang dalam benakku. Dan apa yang terjadi, ternyata dia telah kehilangan orang yang paling dia sayangi dalam hidupnya untuk kedua kalinya. Satu-satunya adik perempuan yang dia sayangi telah menyusul kepergian ayahnya  sebulan yang lalu karena kecelakaan saat menyeberang jalan ketika pulang dari sekolah. Ibunya yang sering sakit-sakitan pun terliput dalam kesedihan yang tak bisa tergantikan oleh apapun. Astaga, aku benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Fajar sekarang. Semua dilakukannya untuk adiknya, untuk ibunya, kini hidupnya bagai tak bernyawa lagi. Walaupun dia sudah sukses semua itu sudah tak berarti lagi, yang paling berharga dalam hidup ini adalah keluarga. Kehadiran orang-orang yang kita sayangi akan memberikan nuansa kehangatan dalam hidup, selalu memberikan semangat bagi kita yang takkan pernah tergantikan.
***
   Setahun sudah berlalu, aku telah menyelesaikan sarjanaku. Sekarang aku bekerja di sebuah rumah sakit di Magelang sebagai seorang psikiater. Hari-hari ku jalani dengan penuh semangat walau aku jauh dari orang tuaku. Aku akan sangat merindukannya setiap saat. Sudah sebulan terakhir ini si Kribo Fajar sahabat kecilku yang dungu sudah mau bertemu denganku kembali. Dengan segala keceriaannya, ketulusannya, dia terlihat begitu tegar menjalani kehidupannya, selalu tersenyum melewati segalanya. Sekarang dia menjadi seorang arsitek sukses dan hidup bahagia bersama ibunya tercinta. Dia sangat menyayangi ibunya, satu-satunya orang yang dimilikinya di dunia ini. Dan aku diberinya sebuah lukisan indah bergambar masa-masa kecil kita dulu. Dia memang suka menggambar sejak kecil. Wajar saja sekarang dia menjadi seorang arsitek yang sukses. Sungguh lukisan yang indah. Lukisan terakhir yang mungkin akan diberikannya untukku karena Fajar akan segera menikah dengan seorang gadis cantik pilihannya. Aku senang sekali melihatnya bahagia dan semoga dia pun bahagia dengan pilihan hatinya. Inilah cermin sebuah kisah dalam panggung sandiwara kehidupan yang takkan pernah bisa membohongi takdir. Tuhan pasti akan menolong kita pada saat-saat sulit sekalipun. Padahal kita adalah manusia yang selalu merasa bangga dengan segala kesenangan yang telah diberikan tanpa mengingatNya.        
By: @shiepuetz
       >>>Arina.lestari23@gmail.com    


Group             : 1. Isnaini Muslimah (A.3200 90 072) / B
   2. Puji Lestari (A.3200 90 074) / B
DISCOURSE ASSIGNMENT 4
Conversation Analysis
1.      Character and Characterization
            From this conversation, Puji is speaker 1 (O1) that she is a type of active person because she takes the floor. She is also a type of tolerant person because she will lend her book to Isna. Without long thinking, she gives her book to Isna when Isna wait her friend (Ningrum) whereas formerly Isna will borrow the book to Ningrum, but Ningrum can’t be called and she has been waited her at long time.
            While Isna is a type of panic and confuse person because she is so confuse when Ningrum is long to wait and she also can’t be called. She is also a type of person who likes to hasty as while she gets a message from her friends to go back to her boarding house.    
2.      Aspect of Conversation
a.       Turn taking which is the change of speaker during conversation. The first utterance gets response from the second speaker when Puji’s is greeting to Isna who is waiting Ningrum in the park of campus (1st and 2nd conversation). The 3rd is about a question that be given by Puji to Isna because she seems alone and confuse in the campus park. And the response from Isna is the 4th utterance, she asked “mmmm” means she thinks before answer Puji’s question. There are some mistakes in Isna’s pronunciations such as “maybe” and “message”. As must as she asked [meIbi] but she asked [maibi] and [‘mesidЗ] but [missej]. And also there is mistake the word that be spoken by Isna which as must as “soon” but she asked “now”. From the 22nd until 25th are closing of the conversation among them.
b.      Uppercase that gives emphasize of utterance. Such as ningRUM, Now, sEmantic, OK, welCOME, yA, gUYs.
c.       Backchannels is vocal indications of attention, “mmmm” (see 4th) means thinks to answer, “mmmm” (see 10th, 15th) means thinking again, “ohhh” (see 11th, 13th) means understanding of the utterance meaning from Isna.
d.      Adjacency pair is a sequence of two utterances by different speakers in conversation. Like in 19th “OK” as answer from 18th, “OK” in the 21st is answer from the 20th, and “OK” in the 23rd is answer from 22nd, and the last “bye” in 25th is answer from 24th. Besides that see 1st is greeting, 2nd  is response from greeting that be spoken by Puji, 3rd  is the first question from Piji to Isna, and 4th is answer from Isna.
e.       Insertion sequence is a two part sequence that comes between the first and the second part of another sequence in conversation. See 6th contains of answer and insertion of question “do you know where she is?” See 13th “why do you seek her?” there is insertion question after Puji answer the response from Isna.  
3.      Structure of Conversation
This conversation consists of question and answer. The structural of conversation can be showed as follows:
1.      Greeting
2.      Answer (response)
3.      Question
4.      Answer (response)
5.      Question
6.      Answer (response and question)
7.      Answer (information)
8.      Question
9.      Response (command)
10.  Answer (explaining)
11.  Response (give information)
12.  Response (question)
13.  Question
14.  Answer
15.  Response (lend)
16.  Response (question, doubt)
17.  Answer
18.  Response (thanks)
19.  Response
20.  Answer (response)
21.  Response (beg)
22.  Answer (thanks)
23.  Response
24.  Closing (response)
25.  Closing (response)


Name : Puji Lestari
NIM : A 3200 90 074
Class : B
DA ASSIGNMENT 2
1.       An article in Campus magazine entitled “Publics Participation For Educationby Miftakhul Khoiri presents the first school Taman Siswa built by Ki Hajar Dewantara.
a.      “An article” replace of “Public Participation for Education” is called substitution.
b.     “Present” is ellipsis. Before “present” should be “that” to emphasize of who is the present of the first school Taman Siswa.
c.      “Taman Siswa” and “Ki Hajar Dewantara” is collocation (lexical cohesion)
d.      “by” is repetition
e.      “first” is temporal conjunction
2.     Education paradigm is growing in Indonesia to fulfill the sprit of education these days.
a.      “Education paradigm” replace “Indonesia” called substitution of noun.
b.      “These” as replacement of the day where education paradigm is growing called comparative reference.
3.     Citizens should get competent education.
a.      “Component education” as clausal ellipsis that presents the component education what.
4.     Education is responsibility by government and the side of private sector individual and group.
a. “and” is called addition conjunction.
5.     Because of limited cost, the government opens the opportunity for public to participate and develop business education such as; building opening schools, courses, or skill education with facilities more complete and better than government schools.
a.        “Because of” of conjunction, the relationship is one of cause and consequence and it can be called hypotactic conjunction.
b.       “Cost” is ellipsis from cost of education.
c.         “And”, “or” signals the presentation of additional information called additive conjunction.
d.         “School”, “course”, “education” are collocation.
6.     Supported by complete and good facilities make this school rather expensive because it also promises the good management on its education.
a.      “And” is additive conjunction which indicates the relation of supported by complete and good facilities.
b.     “This” is reference with school that business education.
c.      “It” is substitution which replace by complete and good facilities.
d.      “Its” is reference with public.
e.      “Because” is hypotactic conjunction which is relation one of cause and consequence.
f.      “Good” is repetition.
7.     Indonesia has pesantren as education system (Islamic boarding house models).
a.      “pesantren” is synonymy with “education system”.
8.     It is classified into two models: First Traditional, it does not collect the payment from the students and students can stay and study freely.
a.      “It” is anaphoric reference referring to pesantren.
b.     “First” is temporal conjunction to show event in the text.
c.      And” is called additive conjunction which indicates the payment from students and students can stay.
d.      And” is called additive conjunction which indicates students can stay and study freely.
9.     They study about Islamic science for the sake of individual and public.
a.      “They” is anaphoric reference referring to the students.
b.     “And” is additive conjunction which indicates individual and public.
10.  The traditional pesantren still be one choice by our society under class social.
a.      “pesantren”  is lexical cohesion (repetition)
11.   Second, Modern pesantren collects the payment of the students because it gives more ability and knowledge for students.
a.      “Second” is called temporal conjunction to show the events in the text.
b.     “Because” is hypotactic conjunction which relation one of cause and consequence.
c.      It” replace by “modern pesantren” called anaphoric reference which pesantren.
d.      “And” called additive conjunction.
12.  They do not only study about Islam but also other sciences like Biology, Mathematics, Economics, Physics, Language and Art.
a.      “They” is anaphoric reference referring to the students.
b.     “But” is contradiction conjunction.
c.      “And” is additive conjunction.
13.  They are prepared to face the era that always changes.
a.      “They” is anaphoric reference referring to other sciences.
b.     “That” is anaphoric reference referring to the era.
14.  Without being realized, the friction could happen from motivation of organizer and management of existing education.
a.      “Without” is ellipsis which emphasize to the change of the era.
b.     “Organizer” is ellipsis which emphasize to organizer of pesantren.
c.      “And” is additive conjunction which indicates motivation of organizer and management of existing education.
15.  To get the good education with their equipment of facility they perform forced the citizen get dealing with power of bargain and faces the reality of expensive school and that also is for rich man children.
a.      “Their” is anaphoric reference
b.     “They” is anaphoric reference
c.      “And” is additive conjunction which indicates power of bargain and the reality of expensive school.
d.      “And” is additional conjunction which indicates the reality of expensive school and rich man children.
e.      “That” is hypotactic conjunction which explain the meant before is the purpose of preparing.
16.  Poor people who have not the purchasing power to bargain they will lose their formal education.
a.      “Poor” is antonym with rich.
b.     “They” is anaphoric reference referring to poor people.
c.      “Their” is anaphoric reference referring to poor people education.
17.  Government and private sector individually and group have big homework to repair their education inspect that aims on making organization of education.
a.      And” is additive conjunction which indicates government and private sector.
b.     And” is additive conjunction which indicates sector individually and group.
c.      “Their” is anaphoric reference referring to poor people.
18.  I agree with the writer who says that about publics participation for education is important.
a.      “I” is anaphoric reference referring to Fitri Nurwiyanti.
b.     “The writer” is synonymy with Miftkhul Khoiri.
19.  He says that the education not only managed by government, but also the society who has contribution to build education together, about how they create good education, both the facilities, system and soon.
a.      “He” is anaphoric reference referring to Miftakhul Khoiri.
b.     “But” is contradiction conjunction.
c.      “They” is anaphoric reference referring to government and society.
d.      “Both” …..”and” is elliptical conjunction.
20.                        The government should think that all the society level can enjoy education reasonably.
a.      “That” is introductory clause which explain the meant before is the purpose of preparing.
21.  Moreover, to get good education with equipment of facility they perform to force the citizen get the power of bargain and faces the reality of expensive school and that also is for rich man’s children.
a.      “Moreover” is causative conjunction.
b.     “They” is anaphoric reference referring to government.
c.      And” is additional conjunction which indicates the power of bargain and faces the reality of expensive school.
d.      And” is additional conjunction which indicates the reality of expensive school and rich man children.
e.      “Get” is repetition.
22.                        I think that the middle society should optimalize brilliant brain to be able to compete with others.
a.      “I” is anaphoric reference referring to Fitri Nurwiyanti
b.     “Others” is substitute with other people.
23.                        The writer says that the poor people who have not the purchasing power to bargain they will lose their formal education.
a.      “The writer” is synonymy with Miftakhul Khoiri.
b.     “They” is anaphoric reference referring t the poor people.
c.      “Their” is anaphoric reference referring to poor people education.
d.      “That” is hypotactic conjunction which explain the meant before is the purpose of preparing.
24.                        I think that this statement is true.
a.      “I” is anaphoric reference referring to Fitri Nurwiyanti.
b.     “This” is anaphoric reference referring to the statement that the poor people who have not the purchasing power to bargain they will lose their formal education.
25.                        The government and the private school should really provide scholarship for the students who have competence to enjoy education.
a.      “And” is additional conjunction which indicates the government and the private school.
b.     “Enjoy education” is ellipsis from enjoy education in Indonesia this day.

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Jam

Sponsors